Energi terbarukan adalah konsep yang semakin sering kita dengar, terutama di tengah isu perubahan iklim. Tapi, apa sebenarnya energi terbarukan itu? Secara sederhana, energi terbarukan adalah energi yang kita peroleh dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui atau diisi ulang secara alami dalam waktu yang relatif cepat.
Berbeda dengan bahan bakar fosil seperti minyak bumi atau batu bara yang jumlahnya terbatas dan butuh jutaan tahun untuk terbentuk, sumber energi terbarukan ini tidak akan habis dalam jangka waktu yang panjang. Ini menjadikan energi terbarukan sebagai kunci utama untuk keberlanjutan bumi dan masa depan kita. Mengapa? Karena sumber energi ini menghasilkan energi yang bersih, minim polusi, dan mengurangi ketergantungan kita pada sumber energi fosil yang kian menipis dan berdampak buruk bagi lingkungan.
Menurut jurnal yang diterbitkan oleh International Renewable Energy Agency (IRENA), sebuah lembaga internasional yang berfokus pada energi terbarukan, ada berbagai sumber daya alam melimpah yang termasuk dalam kategori energi terbarukan, yaitu:
- Sinar Matahari (Surya): Energi yang berasal langsung dari cahaya matahari. Ini adalah salah satu sumber energi terbarukan yang paling mudah diakses.
- Angin: Energi yang dihasilkan dari pergerakan udara atau angin. Pembangkit listrik tenaga angin sering kita lihat dengan kincir-kincir besar.
- Biomassa (Bioenergi): Energi yang diperoleh dari bahan organik seperti tumbuhan atau limbah pertanian. Contohnya adalah penggunaan limbah tebu untuk menghasilkan listrik.
- Air (Hidro): Energi yang dihasilkan dari aliran air, seperti di sungai atau bendungan. Pembangkit listrik tenaga air memanfaatkan kekuatan arus sungai untuk memutar turbin.
- Geotermal: Energi panas yang berasal dari dalam bumi. Panas bumi ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Baca Juga : Agincourt Resources Optimalkan Penggunaan Energi dengan ISO 50001
Agincourt Resources telah menerapkan berbagai inisiatif energi terbarukan dalam operasionalnya, menunjukkan komitmen kuat terhadap pengurangan dampak lingkungan, antara lain:
1.Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Mengubah Sinar Matahari Menjadi Energi Bersih
Agincourt Resources telah memasang sistem panel surya berkapasitas 2,1 Megawatt Peak Ampere (MPA). Angka ini menunjukkan kapasitas puncak daya listrik yang dapat dihasilkan oleh sistem panel surya tersebut. Sistem ini menggunakan teknologi atap on-grid atau terhubung langsung ke jaringan listrik, dan mencakup area highland (dataran tinggi), lowland (dataran rendah), serta Camp Pelangi.
Pemasangan panel surya ini membawa keuntungan ganda:
- Mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil: Dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi utama, Agincourt Resources tidak lagi terlalu bergantung pada bahan bakar fosil yang harganya bisa berubah-ubah.
- Menurunkan emisi karbon dioksida (CO₂): Panel surya menghasilkan listrik tanpa menghasilkan polusi atau limbah berbahaya. Ini secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim. Selain itu, sistem Solar PV (Photovoltaic) ini juga mengurangi biaya listrik jangka panjang karena sinar matahari adalah sumber daya alam yang tersedia secara gratis.
2.Berinvestasi pada Energi Bersih dengan Sertifikat Energi Terbarukan
Tidak hanya mengandalkan produksi energi sendiri, Agincourt Resources juga menjalin kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero), untuk membeli Sertifikat Energi Terbarukan (REC). REC adalah bukti resmi bahwa sejumlah energi terbarukan tertentu telah diproduksi dan disalurkan ke dalam jaringan listrik. Sertifikat ini dikeluarkan oleh lembaga berwenang seperti PLN, yang memastikan bahwa sebagian dari konsumsi listrik perusahaan benar-benar berasal dari sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, biomassa, atau hidro.
Pada tahun 2024, Agincourt Resources membeli 275.000 MWh (Megawatt jam) Sertifikat Energi Terbarukan dari PT PLN (Persero), dengan investasi mencapai Rp10,7 miliar. Dengan memanfaatkan 63.200 MWh REC pada tahun yang sama, Agincourt Resources berhasil setara dengan pengurangan 59.408 ton CO₂e (karbon dioksida ekuivalen). Ini adalah langkah nyata dalam mengurangi jejak karbon perusahaan.
Tidak berhenti di sana, Agincourt Resources juga sedang melakukan studi kelayakan dan uji coba untuk pengembangan sistem pembangkit listrik tenaga surya terapung (floating solar PV), yang diharapkan dapat selesai pada tahun 2025. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Agincourt Resources untuk terus berinovasi dalam pemanfaatan energi bersih.
Baca Juga : Penggunaan Energi Terbarukan di Pertambangan Modern
3.Transisi ke Biofuel untuk Operasional yang Lebih Ramah Lingkungan
Sejak tahun 2023, Agincourt Resources telah mengambil langkah progresif dengan menggantikan bahan bakar diesel konvensional dengan biofuel B35 untuk operasional alat berat dan kendaraan pendukung di Tambang Emas Martabe. Biofuel B35 adalah campuran 35% biodiesel dan 65% solar.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Perusahaan untuk mengurangi emisi karbon. Pada tahun 2024, Agincourt Resources meningkatkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan dengan beralih ke B40, yaitu campuran 40% biodiesel dan 60% solar. Penerapan B40 ini memberikan manfaat signifikan:
- Pengurangan emisi gas rumah kaca: Biodiesel mengandung karbon yang lebih rendah dibandingkan diesel fosil, sehingga mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
- Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil: Penggunaan biofuel juga membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang harganya bisa fluktuatif di pasar global.
- Mendukung kebijakan pemerintah: Inisiatif ini selaras dengan kebijakan pemerintah Indonesia dalam mempercepat penggunaan energi terbarukan.
Dengan berbagai inisiatif ini, Agincourt Resources tidak hanya menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana Perusahaan dapat berperan aktif dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.