Tahukah Anda bahwa tanggal 16 Juni ditetapkan sebagai Hari Penyu Sedunia? Hari ini diperingati untuk menggugah masyarakat dunia ikut berkontribusi dalam upaya penyelamatan penyu dari ancaman kepunahan. Tentu hal ini bukannya tanpa alasan. Penyu termasuk salah satu hewan yang paling banyak diburu untuk diperdagangkan telur dan bagian-bagian tubuhnya. Jika upaya perburuan ini tidak dihentikan, maka keberadaan penyu bakal punah. Tidak heran jika penyu masuk ke dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan Appendix I CITES, yang berarti keberadaannya terancam punah sehingga layak dilindungi.
Dalam ekosistem laut, penyu memiliki peran penting. Dengan memakan pucuk lamun, penyu berperan dalam mengontrol habitat lamun dan menjaga terumbu karang. Penyu juga memakan berbagai jenis spons laut sehingga ia berperan dalam mengatur komposisi dan distribusi organisme itu yang juga menjadi salah satu ancaman ekosistem terumbu karang.
Baca Juga : SMART Patrol: Inovasi Pemantauan Konservasi di Batang Toru
Dengan pentingnya peran penyu terhadap ekosistem laut tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa untuk, salah satunya melindungi keberadaaan penyu.
Sebagai komitmen keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, Agincourt Resources, sebagai perusahaan pengelola Tambang Emas Martabe yang beroperasi di Batang Toru, Tapanuli Selatan, menginisiasi konservasi penyu di kawasan pesisir Muara Opu. Pantai Barat Muara Opu merupakan kawasan alami yang sangat mendukung kelangsungan hidup penyu. Kawasan ini menjadi habitat bagi lima dari enam jenis penyu di Indonesia, yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan (Caretta caretta).
Berkolaborasi dengan Lembaga Ovata Indonesia, Agincourt Resources membangun fasilitas konservasi penyu yang sudah dimulai belum lama ini. Fasilitas ini akan mencakup ruang kantor, ruang laboratorium, ruang pertemuan, kamar untuk tim patroli dan peneliti, toilet, hingga bak pengembangbiakan serta penjagaan telur dan tukik penyu. Menandai kerja sama tersebut, Agincourt Resources dan Lembaga Ovata Indonesia melepasliarkan ratusan tukik (anak penyu) ke Muara Opu beberapa waktu lalu. Ini adalah tahap pertama pelepasan tukik dari target utamanya 1.000 tukik yang bakal dilepas di wilayah tersebut.
Baca Juga : Panen Lubuk Larangan: Sumber Daya Terjaga, Masyarakat Semakin Berdaya
Nantinya, fasilitas konservasi tersebut juga dimanfaatkan untuk riset dan edukasi tentang lingkungan, khususnya di wilayah pesisir Tapanuli Tengah. Peran masyarakat, khususnya masyarakat sekitar, juga sangat dibutuhkan dalam upaya konservasi ini. Untuk itu edukasi akan terus dilakukan agar masyarakat tergerak untuk menjalankan perannya dalam menjaga lingkungan, khususnya habitat penyu.
Sebagai perusahaan pertambangan berkelanjutan, Agincourt Resources selalu berkomitmen untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Sebab, keberlanjutan tidak boleh berhenti hanya sebagai wacana, melainkan harus diwujudkan dalam aksi-aksi nyata. Khusus di wilayah pesisir, berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mewujudkan komitmen tersebut. Selain konservasi tukik, Agincourt Resources juga membangun area hutan mangrove seluas 10 hektare di wilayah pesisir Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah. Beberapa waktu lalu juga telah dilakukan pelepasan ribuan benih kerang dan kepiting, serta pemantauan dan patroli lingkungan secara rutin. Untuk memahami lebih jauh tentang manajemen lingkungan yang dilaksanakan oleh Agincourt Resources, silakan kunjungi: https://agincourtresources.com/id/pengelolaan-lingkungan/