Mengubah Sisa Makanan Menjadi Manfaat: Langkah Nyata Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Okt 24, 2025

Sampah makanan kini menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 40 persen dari total timbulan sampah nasional berasal dari sisa makanan. Jenis sampah ini tidak hanya mencerminkan pemborosan sumber daya, tetapi juga menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan, terutama gas metana (CH₄). Gas metana yang dihasilkan dari pembusukan sisa makanan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) memiliki potensi pemanasan global 25 kali lebih kuat dibanding karbon dioksida (CO₂). Oleh karena itu, pengelolaan sampah makanan menjadi bagian penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

mengubah-sisa-makanan-menjadi-manfaat-langkah-nyata-pengelolaan-sampah-berkelanjutan 2

Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah makanan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dari sisi lingkungan, pembusukan bahan organik di TPA dapat mencemari air tanah, menimbulkan bau tidak sedap, dan bahkan meningkatkan risiko longsor di area penimbunan. Dari sisi sosial dan ekonomi, pemborosan makanan berarti juga pemborosan sumber daya mulai dari air, energi, hingga tenaga kerja yang telah digunakan untuk memproduksi makanan tersebut. Ironisnya, hal ini terjadi di tengah masih tingginya tingkat ketidakamanan pangan di berbagai wilayah Indonesia, di mana banyak masyarakat belum memiliki akses memadai terhadap makanan bergizi.

Agincourt Resources berkomitmen menerapkan pengelolaan sampah berkelanjutan di seluruh area operasional, termasuk pengolahan sampah makanan agar tidak langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), melainkan diubah menjadi sumber daya bernilai melalui berbagai inisiatif ramah lingkungan.

Salah satu langkah nyata adalah mengolah sisa makanan dan bahan organik menjadi kompos sebagai pupuk alami di area reklamasi tambang. Sebagian sisa makanan yang masih layak juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk mitra peternak lokal. Selain itu, perusahaan mengembangkan produksi ecoenzym, yaitu cairan hasil fermentasi bahan organik seperti buah dan sayur yang berfungsi sebagai pembersih alami dan pengurang limbah cair.

Upaya ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah makanan bukan sekadar kewajiban, melainkan peluang untuk menciptakan nilai tambah bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang untuk mengubah sisa makanan menjadi sumber daya yang mendukung keberlanjutan operasional sekaligus memperkuat kontribusi positif terhadap pembangunan berkelanjutan.

BACA SELENGKAPNYA

Posting Terkait