Medan, 23 Februari 2017 – PT Agincourt Resources, sebagai pengelola Tambang Emas Martabe, tercatat berkontribusi terhadap penciptaan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di wilayah Provinsi Sumatera Utara sebesar hampir Rp6 triliun sepanjang 2010-2015. Menurut laporan akhir penelitian Analisis Dampak Ekonomi dan Fiskal Tambang Emas Martabe yang dilakukan LPEM-FEBUI (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia), sekitar Rp4,7 triliun tercipta di wilayah Sumatera Utara dan Rp1,24 triliun khusus untuk daerah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).
Hal ini disampaikan dalam Seminar Analisis Dampak Ekonomi dan Fiskal PT Agincourt Resources yang digelar di Padang Sidimpuan pada 21 Februari dan Medan pada 23 Februari 2017 lalu. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Pemkab Tapsel dan masyarakat, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), akademisi, perwakilan dari Asosiasi Pertambangan Indonesia, LSM, dan media massa.
Dr. Widyono Soetjipto, yang memimpin studi ini menyatakan penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak ekonomi atas kehadiran PT Agincourt Resources terhadap pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja baik di tingkat provinsi Sumatera Utara maupun Kabupaten Tapsel.
“Kami juga menghitung potensi penerimaan negara (fiskal) baik bagi pemerintah pusat maupun daerah, dan melakukan survei sosial ekonomi terhadap sampel responden di 10 desa di Kecamatan BatangToru,” kata Widyono.
Adapun, penelitian ini merupakan hasil kerjasama antara LPEM-FEB UI dengan FEB USU pada 2015.
Widyono menambahkan, penelitian ini menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisis dampak ekonomi makro dilakukan dengan menggunakan metode Input-Output (I/O), sedangkan analisis dampak fiskal dilakukan dengan menggunakan model fiskal LPEM-FEBUI. Analisis dampak mikro di tingkat desa dilakukan dengan menggunakan data primer dari survei lapangan. “Data menunjukkan bahwa setiap satu juta rupiah belanja modal PT Agincourt Resources berpotensi meningkatkan PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp0,82 juta,” ujarnya.
Menurut penelitian, terjadi tren peningkatan kontribusi fiscal PT Agincourt Resources terhadap pendapatan daerah Sumut selama 2012-2015. Selama periode investasi 2008-2011, kontribusi fiskal PT Agincourt Resources terhadap penerimaan provinsi hanya mencapai Rp3,8 miliar per tahun. Tetapi pada periode produksi 2012-2015, terjadi peningkatan kontribusi fiskal PT Agincourt Resources mencapai 14 kali lipat dibandingkan tahun 2011.
“Besarnya kontribusi fiskal PT Agincourt Resources pada tahun 2012-2015 mencapai 19 kali lipat dari kontribusi fiskal pada tahun 2008-2011, yaitu sebesar Rp89,6 Miliar pada periode 2012-2015. Kontribusi terbesar berasal dari pajak BBM dan royalty,” papar Widyono.
Sementara itu untuk studi di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan PT Agincourt Resources tercatat berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar Rp400 miliar sepanjang 2010 – 2015 atau sekitar Rp66 miliar per tahun. Selain itu PT Agincourt Resources juga berhasil menciptakan lapangan pekerjaan untuk Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 13.267 orang sepanjang 2010-2015 atau sekitar 2.211 orang-tahun per tahunnya. Sedangkan kontribusi fiskal PT Agincourt Resources terhadap penerimaan Pemkab Tapsel tercatat Rp61 miliar pada periode produksi 2012 – 2015. “Total kontribusi PT Agincourt Resources terhadap Kabupaten Tapanuli Selatan pada 2008 – 2015 mencapai Rp65,1 miliar,” terang dia.
Selain kontribusi di bidang ekonomi dan fiskal, menginjak tahun kelima masa operasional, Tambang Emas Martabe berkontribusi positif terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan, pendidikan, pelatihan dan pengembangan kapasitas petani, kaum perempuan dan pemuda remaja serta pembangunan infrastruktur di 15 desa lingkar tambang untuk meningkatkan akses dan kualitas kehidupan masyarakat.
Sementara itu, Direktur Wilayah I BKPM Agus Joko Saptono memaparkan bahwa realisasi investasi Tapsel tahun 2016 tercatat Rp1,7 trilliun (9% dari realisasi investasi Provsu). Menurutnya sektor pertambangan di Tapsel menyumbang Rp0,9 triliun atau 52,9% dari realisasi investasi. Realisasi investasi di Sumatera Utara tahun 2016 mencapai Rp18,8 trilliun (3,1% dari realisasi investasi nasional). “Kontribusi sektor pertambangan sekitar Rp2,2 trilliun atau 11,7% dari total realisasi investasi di Sumatera Utara, sehingga masih terbuka luas peluang provinsi untuk mengembangkan potensi usaha pertambangan,” kata dia.
Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Tim Duffy menyatakan sebagai perusahaan tambang yang bertumbuh dan berkembang secara berkelanjutan bersama masyarakat di wilayah operasional, hasil studi ini menyajikan data-data terukur yang menunjukkan Tambang Emas Martabe memberikan kontribusi substansial terhadap laju perekonomian di Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Sumatera Utara.
“Penelitian ini menekankan bahwa penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan merupakan faktor positif dan kuat terhadap kenaikan standar hidup masyarakat di sekitar tambang,” kata Tim.
Lebih lanjut, Tim menyatakan Tambang Emas Martabe terus mengimplementasikan komitmen keberlanjutan termasuk operasi yang aman dan efisien, dampak lingkungan, serta memastikan bahwa keberadaan perusahaan memberikan manfaat sosial positif jangka panjang bagi para pemangku kepentingan setempat hingga bertahun-tahun ke depan.
Sekilas Tambang Emas Martabe
Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe yang dikelola oleh PT Agincourt Resources kini memiliki sumber daya 7,4 juta ounce emas dan 69 juta ounce perak dan mulai berproduksi penuh pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak.
Lebih dari 2.000 orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, 70% direkrut dari masyarakat di 15 desa lingkar tambang.