Manfaat Berinvestasi Emas di Masa Resesi

Jan 11, 2023

Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) mengatakan bahwa ekonomi dunia akan mengalami krisis di tahun 2023. Bahkan, dalam laporannya yang dirilis pada 11 Oktober 2022, IMF memprediksi pertumbuhan global akan melambat dari 3,2 persen pada tahun 2022 menjadi 2,7 persen pada tahun 2023. IMF juga mengindikasikan beberapa negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok akan mengalami perlambatan ekonomi terdalam bahkan berpotensi masuk ke jurang resesi. Padahal, sejumlah negara tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi global.

Meski begitu, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, prediksi tersebut bukanlah untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai bentuk kewaspadaan agar orang lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, di antaranya mengatur ulang pos pengeluaran, mengurangi atau melunasi utang, menyiapkan dana darurat, mencari sumber pendapatan lain, dan melakukan investasi. 

Berbicara mengenai investasi, pilihlah aset yang likuid dengan risiko rendah. Aset likuid adalah aset yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan, aset dengan risiko rendah memang tidak menawarkan keuntungan yang lebih cepat dan lebih besar dibandingkan aset dengan risiko tinggi. Namun, saat resesi adalah saat yang tepat untuk ‘bermain aman’. Emas adalah salah satu instrumen investasi yang paling tepat.

Dikutip dari publikasi Gold Prices During and After the Great Recession oleh US Bureau of Labor Statistic, sejak 1970-an, emas telah digunakan sebagai investasi untuk melindungi nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi, seperti resesi. 

Nilai emas dan kondisi resesi sebenarnya memiliki hubungan yang terbalik. Saat ekonomi melemah, harga emas biasanya naik dibandingkan dengan aset-aset lainnya yang berisiko, seperti saham, reksadana, obligasi, dan surat berharga, karena investor berlomba-lomba menyimpan seluruh asetnya berupa emas. Ini terbukti selama tiga resesi terakhir, tahun 2020, 2007 dan 2001, harga emas cenderung naik.

Berikut beberapa keuntungan membeli emas saat terjadi resesi, antara lain:

  1. Diversifikasi portofolio

Dalam melakukan investasi, investor harus melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko portofolionya. Dengan begitu, penurunan nilai satu investasi tidak membuat nilai dari seluruh portofolio turun. Dan, karena  nilai emas relatif stabil, emas dapat berfungsi sebagai pelindung nilai dari investasi.

  1. Tidak berhubungan dengan saham

Emas memiliki korelasi negatif dengan saham, yang artinya ketika pasar saham mengalami penurunan, nilai emas akan semakin naik. Buktinya, selama resesi dari 9 Oktober 2007 hingga 9 Maret 2009, pasar saham anjlok 56,8 persen dan harga emas melonjak 25,5 persen.

  1. Komoditas likuid

Emas merupakan komoditas likuid yang dapat diubah menjadi uang tunai di sebagian besar negara.

  1. Emas mudah diperjualbelikan

Emas sangat mudah diperjualbelikan berkat kemampuannya untuk mempertahankan nilainya dalam jangka panjang. Emas adalah logam mulia dapat bertahan dari ketidakpastian finansial yang turun naik. Tak heran kalau sebagian besar negara percaya bahwa mereka bisa memerangi berbagai situasi perekonomian dengan memiliki cadangan emas sangat besar. Oleh karena itu, emas juga sering disebut sebagai aset safe haven (aset aman).

  1. Emas pelindung dari Inflasi

Waktu telah membuktikan bahwa emas satu-satunya komoditas yang mampu menaklukkan inflasi. Dengan nilainya yang meningkat seiring dengan biaya hidup, emas sering kali mencapai nilai tertingginya selama periode inflasi tinggi. Saat terjadi kenaikan inflasi, nilai uang menjadi rendah. Namun, pada umumnya, harga emas logam mulia justru naik sehingga membuat emas semakin berharga.

  1. Nilai emas selalu meningkat

Keterbatasan pasokan emas dan tingginya permintaan akan emas memastikan bahwa harga emas akan selalu mengalami kenaikan. Oleh karena itu, emas termasuk instrumen investasi yang sangat minim risiko terkait nilainya. 

  1. Emas adalah penyeimbang devaluasi mata uang

Ketidakpastian keuangan dapat mengakibatkan mata uang terkuat kehilangan nilainya. Saat mata uang ini dapat dicetak ‘sesuka hati’, sebaliknya emas sebagai aset berwujud tidak dapat direproduksi dengan mesin, makanya diyakini dapat melindungi para investor dari devaluasi mata uang. 

  1. Emas bisa menjadi dana darurat

Fluktuasi harga emas antara lain tergantung pada nilai mata uang nasional terhadap mata uang asing khususnya dolar Amerika. Walaupun kenaikan harga emas bisa hanya terjadi beberapa tahun sekali, logam mulia ini memiliki harga yang cenderung naik daripada turun. Untuk itu, investasi emas mampu memberi keuntungan dalam jangka panjang dan bisa menjadi dana darurat di masa depan.

  1. Risiko emas terbilang minim

Memilih emas sebagai investasi menjadi solusi terbaik untuk pemula, karena selain memiliki berbagai keuntungan, investasi ini juga minim risiko. Emas bisa disimpan dalam jangka waktu lama, bahkan tidak akan mengalami perubahan pada fisiknya.
Namun, untuk berinvestasi pada logam mulia ini membutuhkan waktu yang panjang atau minimal menengah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Jadi, berinvestasi pada emas tidak bisa jangka pendek. Misalnya, di tahun 1997 harga emas senilai Rp25 ribu per gram. Jika dijual saat ini, nilainya meningkat drastis. Dahulu 1 motor seharga 5 jutaan setara 200 gram emas, sekarang 200 gram emas setara 12 motor.

READ MORE

Related Posts