Setiap tahun pada tanggal 21 April, kita memperingati Hari Kartini di Tambang Emas Martabe. Hari Kartini adalah hari nasional di Indonesia yang dirayakan pertama kali secara resmi pada 1964, ditetapkan oleh presiden Indonesia pertama Sukarno untuk memperingati kehidupan Raden Ajeng Kartini (biasa disebut sebagai Ibu Kartini) dan merayakan langkah-langkah yang diupayakannya menuju emansipasi wanita di Indonesia.
Kartini lahir pada 1879. Ia lahir di era ketika perempuan Indonesia memiliki hak yang sangat terbatas. Hanya sedikit yang bisa mendapatkan pendidikan yang baik, dan semuanya diharapkan untuk menikah. Gadis-gadis dari keluarga terpandang diharuskan menjalani masa isolasi setelah menginjak usia dua belas tahun dan dilarang meninggalkan rumah sampai mereka menikah. Pada masa ini, poligami merupakan hal yang wajar dan sebagian besar pernikahan sudah diatur sebelumnya.
Baca Juga: Teladani Kartini, Agincourt Resources Rayakan Kesetaraan dan Keberagaman
Pemikiran, karya, dan perjuangan Kartini dalam mendobrak ketidaksetaraan, penindasan hak-hak terhadap perempuan. Membuat Kartini menjadi simbol kekuatan perempuan di Indonesia.
PT Agincourt Resources (PTAR), selaku operator Tambang Emas Martabe, menghidupkan kembali semangat Kartini dengan menerapkan program keberagaman gender di Tambang Emas Martabe sejak 2016. Didukung oleh banyak penelitian yang telah membuktikan hubungan yang kuat antara kesuksesan sebuah perusahaan dengan keberagaman di dalamnya, PTAR percaya bahwa keragaman gender meningkatkan keragaman ide untuk pengembangan perusahaan. Begitu juga kemampuan pemecahan masalah dan peluang inovasi yang dibarengi dengan peningkatan kualitas karyawan. Semua ini akan membuat Tambang Emas Martabe semakin sukses.
Saat ini, jumlah karyawan perempuan PTAR mencapai 25% lebih dari total karyawan, mulai dari level paling bawah hingga posisi manajerial. PTAR membangun budaya dan lingkungan kerja yang mengedepankan harkat dan martabat, tempat kerja yang bebas dari diskriminasi, intimidasi, perundungan atau pelecehan. Selain itu, PTAR juga memberikan program pelatihan dan penyadaran bagi tenaga kerja untuk meningkatkan pemahaman tentang isu keberagaman dan kesetaraan gender.
Tidak hanya itu, PTAR juga membuka ruang bagi perempuan di sekitar area tambang untuk menjadi perempuan berdaya. Hal ini terlihat dari dukungan PTAR dalam menciptakan sejumlah program pemberdayaan usaha berbasis perempuan, seperti pengembangan usaha minimarket Sahata, pengembangan usaha budidaya tanaman akar rimpang bersama dua Kelompok Wanita Tani, program pengembangan usaha batik. dan produk turunannya dengan KUB Batik Tapsel dan KUB Bator Craft, serta program peningkatan kapasitas dan keterampilan menjahit bagi perempuan di Desa Batuhula dan Kecamatan Hutaraja.