Hanya kurang dari 30 kilometer di sisi timur laut tambang emas Martabe, terletak dengan tenang dan damai sebuah kawasan Hutan Batangtoru, Permata dan Paru Paru Tapanuli hutan yang dikenal dengan Hutan Batangtoru, yang juga disebut sebagai “Harangan Tapanuli” oleh masyarakat setempat, sebuah ekosistem hutan tropis yang membentang seluas 240.985 hektar mulai dari dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan. Hutan ini menjadi tempat berlindung dan mencari makan bagi 20 spesies mamalia dan 51 spesies unggas yang dilindungi. Terdapat lebih dari 1000 spesies tumbuhan di hutan ini, 8 di antaranya terancam punah dan 3 spesies merupakan endemik Sumatera. Keanekaragaman hayati yang tinggi di Batangtoru memegang peran penting dalam menopang kehidupan masyarakat di sekitar hutan.
Hutan yang juga menjadi sumber air yang mengaliri sungai Batangtoru itu menjadi salah satu kepedulian PT Agincourt Resources sebagai pengelola tambang emas Martabe untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam hutan Batangtoru itu. Menjelajahi Hutan Batangtoru seperti melangkah ke dunia lain yang tak terjamah oleh waktu dan manusia. Pemandangan, suara, dan aroma dari tempat yang memesona ini membawa pengunjung ke alam di mana alam berkuasa. Setiap langkah mengungkapkan keajaiban baru, spesies baru menunggu untuk ditemukan. Tim dari departemen enviro PT Agincourt Resources kerap menemukan benih tanaman spesies langka ketika berjalan jauh ke dalam hutan Batangtoru. Bila dirasa perlu, demi keselamatan spesies tersebut, kadangkala tim enviro menyelamatkan spesies tersebut atau mengamankan sehingga terjaga kelangsungan hidupnya.
Baca Juga: Pertambangan dan Aturan Mutlak Reklamasi Hutan
Curah hujan turun dengan sangat tinggi di ekosistem Batangtoru yang memiliki elevasi bervariasi; titik terendah adalah 133 mdpl dengan sebagian besar hutan berada di atas 850 mdpl dan titik tertinggi adalah 1909 mdpl. Batangtoru menyimpan kekayaan dan keanekaragaman hayati yang sangat besar dan diperkirakan terdapat sekitar 300 jenis spesies yang berbeda di setiap hektarnya. Kawasan Batangtoru adalah salah satu hutan lindung yang sangat penting di Sumatera dan juga menjadi rumah bagi Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis), maskot baru Batangtoru karena spesies ini hanya ditemukan di Batangtoru.
Hutan Dengan Pohon Pakan Yang Melimpah
Berdasarkan penelitian Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008, hutan Batangtoru didominasi oleh pohon dengan diameter 10-30 cm dan tumbuh dengan tinggi maksimal 30 meter dari permukaan tanah. Tingginya keragaman hayati vegetasi di hutan Batangtoru juga menyediakan pohon pakan bagi Orangutan Tapanuli dan spesies lainnya. Pohon pakan dengan diameter 10-30 cm dan tinggi 10-30 m tersebar melimpah di hutan Batangtoru, terutama di hutan sekunder tua yang lembab.
Jenis pohon pakan yang paling menonjol adalah Madhuca sp. (nama lokal: sapot), Lithocarpus conocarpa (hoteng), Castanopsis sp. (Andihit), Podocarpus imbricatus (Sampinur bunga), Litsea firma (urat tiga), dan Garcinia bancana (tanduk berlubang). Owa (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) adalah dua jenis spesies hylobatidae yang menghuni hutan Sumatera. Salah satu kawasan hutan di Sumatera yang secara simpatrik dihuni oleh dua jenis hylobatidae adalah Hutan Batangtoru Bagian Barat, Provinsi Sumatera Utara. Owa dan siamang adalah primata arboreal yang hidup secara eksklusif di tajuk hutan, dan mereka sangat bergantung pada kondisi vegetasi habitatnya.
Hutan yang menjadi habitat orangutan Tapanuli yang terisolasi dari populasi orangutan Aceh (Pongo Abelii) di bagian utara Sumatera (Ekosistem Gunung Leuser) ini masih terus mengalami degradasi habitat dengan rerata 2% per tahun akibat penebangan hutan. Diperkirakan tingkat degradasi habitat tersebut akan lebih tinggi di masa mendatang, sehingga mempercepat penurunan populasi yang mengarah kepada kepunahan orangutan Tapanuli. Dengan pertimbangan ini, maka kawasan hutan Batangtoru Bagian Barat ini pun ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh sasaran utama upaya konservasi orangutan Tapanuli, sehingga upaya aksi konservasinya terus dikerjakan oleh pemerintah dan semua pihak terkait dengan melibatkan masyarakat setempat.
Sejatinya pada saat mulai beroperasi, tambang emas Martabe berada di luar batas Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA) Batangtoru, namun baru-baru ini ini batas KBA diperluas sehingga sebagian kecil wilayah area operasi tambang emas Martabe beririsan dengan batas KBA. PTAR yang menjunjung tinggi konservasi hayati terus menerus bekerjasama dengan pihak terkait untuk mengantisipasi segala potensi dari perubahan batas ini dengan meminimalkan dampak yang bisa muncul termasuk kemungkinan masuknya satwa langka yang dilindungi ke dalam area tambang.
KBA adalah batas yang secara resmi diakui pada tahun 2006 oleh kemitraan beberapa organisasi konservasi non-pemerintah termasuk: IUCN, WWF Wildlife Conservation Society, Rainforest Trust, Critical Ecosystem Partnership Fund, Global Wildlife Conservation, Global Environment Facility, Conservation International, BirdLife International, Konservasi Burung Amerika, Aliansi Kelangsungan Hidup Amfibi dan Royal Society untuk Perlindungan Burung. Sementara di area tambang emas Martabe, hanya seluas 590 hektar yang aktif digunakan per Januari 2022, dimana sebagian kecil dari jumlah tersebut bersinggungan dengan batas Ekosistem Batangtoru (BTE). Diproyeksikan umur tapak tambang seluas 918ha sehingga hanya kurang dari 0,25%, atau sekitar 341 ha dari luas tersebut akan tumpang tindih dengan total ukuran BTE.
Baca Juga: Menumbuhkan Pohon, Menjaga Keanekaragaman Hayati
Dalam Mengelola area tambang, PTAR menerapkan prosedur yang sangat ketat. Setiap batang pohon memiliki arti yang penting meskipun itu berada di dalam area tambang. Proses perijinan dan perizinan yang berlapis-lapis (Studi Penilaian Mengenai Dampak Lingkungan (atau AMDAL) melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat, akademisi, dan pemerintah menjadi landasan bagi PTAR untuk membuka lahan, itupun tetap dengan meminimalkan penebangan pohon. Oleh sebab itu PTAR memilih mengeluarkan biaya lebih untuk mengoperasikan helikopter untuk membuka lahan yang dirasa perlu untuk melakukan penggalian sample.
Dengan menggunakan helikopter, lahan yang dibuka menjadi sangat sedikit karena helikopter dapat melewati pepohonan yang tidak perlu ditebang. Meski hanya sedikit lahan yang dibuka, bila telah selesai digunakan, departemen enviro PTAR akan segera menanam kembali lahan tersebut dengan pohon yang baru. Proses seperti ini telah menjadi prosedur standar dan menjadi bagian integral dari semua proses di dalam pengelolaan tambang. PTAR menerapkan prosedur penambangan yang baik untuk meminimalkan dampak terhadap keanekaragaman hayati yang terkait dengan tambang.
Mencermati melimpahnya keanekaragaman hayati di hutan Batangtoru, departemen enviro PTAR bekerja keras dan menjalin hubungan kerjasama dengan BBKSDA Sumut dalam menjaga keberlangsungan ekosistem dan juga terlibat dalam usaha perlindungan terhadap satwa dan flora yang dirasa menuju kelangkaan. Melindungi keanekaragaman hayati selalu menjadi salah satu misi utama PTAR. Bekerjasama dengan BBKSDA Sumut dan lembaga terkait, PTAR secara teratur memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang pentingnya menjaga hutan dan keanekaragaman hayati di Batangtoru.
PTAR terlibat dalam patroli dan penyuluhan yang dilakukan BBKSDA Sumatera Utara. BBKSDA dan aparat terkait seringkali melakukan pendekatan secara halus dan persuasif kepada warga setempat yang memelihara hewan endemik Sumatera Utara. PTAR beberapa kali memberikan dukungan terhadap pembebasan dan perlindungan terhadap satwa liar yang ditemukan terikat atau dikurung di dalam kandang di rumah warga.
Monyet ekor panjang adalah satwa yang sering ditemukan oleh tim patroli BBKSDA Sumatera Utara di halaman rumah penduduk. Selain itu ada pula owa, siamang, trenggiling dan anak macan dahan. PTAR terlibat langsung pada setiap upaya pembebasan satwa-satwa tersebut karena PTAR bekerjasama dengan BBKSDA dan lembaga swadaya masyarakat seperti Scorpion Wildlife Foundation dan Yayasan Parsamuhan Bodhicitta Mandala.
PTAR berpandangan bahwa kelestarian ekosistem tidak bisa terpisah dari peran setiap spesies di dalam ekosistem tersebut. Kera ekor panjang yang tidak termasuk ke dalam daftar satwa langka juga memiliki peran penting dalam ekosistem Batangtoru dan tetap patut untuk dilindungi, apalagi satwa langka seperti harimau, owa, orangutan dan trenggiling. PTAR bersama tim gabungan dari BBKSDA, Scorpion Wildlife Foundation, Yayasan Parsamuhan Bodhicitta Mandala dan sukarelawan pecinta Lingkungan secara terus menerus dan tak kenal lelah selalu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati hutan Batangtoru termasuk sungai dan ekosistem yang saling menunjang.
Sedemikian tingginya keanekaragaman hayati di hutan Batangtoru sehingga hanya dalam petak seluas kurang dari 1 hektar bisa terdapat 218 jenis pohon langka. Lebih kurang 30 persen jenis pohon yang ditemui hanya terdiri dari satu individu. Keanekaragaman flora ini tertinggi dibandingkan dengan ekosistem hutan di kawasan lainnya di Pulau Sumatera.
Sebagai pembanding, Taman Nasional Tesso Nilo, Pelalawan, Riau, hanya memiliki 215 jenis pohon pada petak seluas 0,8 hektar. Sementara di kawasan Rimbo Panti, Pasaman, Sumatera Barat, ditemukan 154 jenis pohon dengan cakupan petak yang sama. Sementara di kawasan Ketambe, Aceh Tenggara, Aceh, hanya ditemukan 81 jenis pohon dalam petak seluas 0,4 hektar.
PTAR menyadari bahwa perlindungan keanekaragaman hayati merupakan prinsip mendasar dari bisnis pertambangan yang berkelanjutan. PTAR berkomitmen untuk meminimalkan dampak keanekaragaman hayati yang terkait dengan kegiatannya serta mendukung perlindungan keanekaragaman hayati dalam skala regional sesuai dengan prinsip tanggung jawab sosial perusahaan.
PTART berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dalam upaya pengelolaan keanekaragaman hayati Bersama pihak terkait dan pemerintah, dan dalam lingkup kewenangan internal PTAR, menerapkan prinsip dan hierarki mitigasi yang diakui secara luas untuk mengelola dampak keanekaragaman hayati yang mungkin timbul pada saat kegiatan pengelolaan tambang. PTAR menerapkan standar yang ketat dalam pengelolaan dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati di dalam area tambang seperti berikut ini:
- Mengutamakan faktor keanekaragaman hayati dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan utama seperti studi kelayakan, penilaian risiko, rencana umur tambang, rencana penutupan, rencana dan anggaran tahunan.
- Menerapkan studi dampak lingkungan yang berlapis untuk semua proyek baru dan evaluasi berkala dampak Lingkungan untuk proyek yang telah ada.
- Pada tahap perencanaan proyek, PTAR menekankan setiap upaya untuk meminimalkan, serendah mungkin secara wajar, dampak terhadap keanekaragaman hayati melalui proses seperti pemilihan lokasi, rancangan proyek dan penjadwalan proyek.
- Mencegah dan meminimalkan dampak terhadap keanekaragaman hayati selama proses konstruksi proyek dan operasi tambang dengan melakukan pengawasan secara ketat sesuai SOP pada pembukaan vegetasi dan pencegahan polusi saluran air.
- Menghutankan kembali lahan terbuka setelah selesai digunakan oleh kegiatan tambang melalui rehabilitasi progresif dan restorasi habitat sesuai dengan praktik unggulan industri sehingga nilai keanekaragaman hayati pulih seperti sedia kala.
- Terus menerus melakukan evaluasi dan mencari peluang kerjasama dalam setiap upaya perlindungan atau peningkatan keanekaragaman hayati dalam skala regional bersama pihak terkait seperti BBKSDA Sumut, lembaga non-pemerintah, kementerian dan dinas terkait, masyarakat setempat dan pemerintah daerah.
PTAR sadar bahwa setiap langkah kegiatan tambang merupakan hutang yang harus dibayar kepada generasi penerus dengan cara mewariskan lingkungan yang baik dan terjaga. PTAR terus menerus memberikan edukasi kepada karyawan tentang pentingnya perlindungan keanekaragaman hayati dan kontribusi individu mereka terhadap tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Baca Juga: Perbaikan Lingkungan Sekitar Tambang melalui Kegiatan Penanaman Pohon
PTAR tidak dapat menjaga dan mewariskan kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati sendirian. Oleh karena itu PTAR menjalin kerjasama dan menjaga kemitraan strategis dengan masyarakat setempat, kelompok konservasi, universitas, pemerintah dan pihak lain yang terlibat dalam perlindungan ekosistem tidak hanya di Batangtoru tetapi bila memungkinkan PTAR siap berkontribusi pada tingkat nasional dalam upaya pengelolaan keanekaragaman hayati.
Melindungi Orangutan dan Spesies Lainnya
Setiap karyawan yang bekerja di dalam lingkungan PTAR memiliki kesadaran dan pengetahuan yang cukup tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati hutan Batangtoru di halaman belakang mereka dan PTAR juga memastikan bahwa pengelolaan keanekaragaman hayatinya tetap selaras dengan praktik-praktik unggulan dengan melibatkan pakar keanekaragaman hayati dan akademisi. Terlebih ketika diketahui bahwa hutan Batangtoru menjadi rumah bagi satwa endemik yang terancam punah; Orangutan Tapanuli. Memandang pentingnya menjaga kekayaan hayati di hutan Batangtoru, PTAR berinisiatif untuk membentuk “Biodiversity Advisory Panel” (BAP) pada tahun 2020, yang terdiri dari Dr Rondang Siregar, Dr Sri Suci Utami Atmoko, Dr Puji Rianti dan Dr Onrizal, masing-masing dengan keahlian di bidang habitat dan fauna (khususnya orangutan), dan konservasi ekosistem.
Sebagai bagian dari Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati PTAR 2021, PTAR meminta agar BAP melakukan studi independen untuk melihat aktivitas tambang apa saja yang dapat menimbulkan dampak pada orangutan Tapanuli. Studi ini menekankan evaluasi hanya di dalam kawasan yang menjadi tanggungjawab kelola PTAR selaku pemilik tambang emas Martabe. Studi, observasi dan survei pemantauan yang juga melibatkan tinjauan penuh dari studi sebelumnya memberikan hasil dan kesimpulan bahwa bahwa metodologi dan inferensi yang digunakan pada studi sebelumnya pada populasi orangutan Tapanuli menunjukkan hasil yang memuaskan;
Diakui bahwa kehilangan habitat merupakan ancaman terbesar bagi orangutan Tapanuli, dampak ini dapat dicegah dan diminimalkan melalui langkah-langkah pengelolaan keanekaragaman hayati yang diterapkan selama masa tambang dan melalui rehabilitasi lahan yang sedang berlangsung, yang semuanya merupakan langkah-langkah yang diterapkan oleh PTAR; Studi ini juga merekomendasikan cara lebih lanjut untuk meningkatkan pendekatan pengelolaan keanekaragaman hayati tambang yang telah dimasukkan ke dalam kebijakan dan operasi PTAR.
Selain Orangutan Tapanuli ada 6 jenis primata besar lain yang hidup di hutan hujan tropis ini. Yakni kelompok siamang, owa-owa, dan lutung endemik yang masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) alias menuju punah. Kemudian ada kukang dan beruk yang tercatat rentan, serta kera ekor panjang yang populasinya masih cukup tinggi dan tidak dianggap menuju jurang kepunahan.
Di hutan ini telah ditemukan 91 jenis mamalia, termasuk 31 jenis kelelawar. Ekosistem Batangtoru menjadi suaka bagi 3 jenis mamalia yang berstatus terancam kritis yakni Orangutan Tapanuli, harimau Sumatera, dan trenggiling. Terdapat pula 15 jenis mamalia dengan 4 berstatus terancam dan 11 rentan. Di antaranya beruang madu, tapir, kambing hutan, dan kucing emas.
Hingga kini telah teridentifikasi lebih dari 1.000 spesies pohon di hutan Batangtoru dengan 82 famili tanaman. 26 Jenis pohon dari 14 famili disebut terancam punah dan rentan menurut IUCN, termasuk Rafflesia Arnoldi, kantong semar, dan thismia. Salah satu tanaman khas hutan hujan tropis, liliana, juga tumbuh di Batangtoru. Liliana sangat penting karena menyediakan buah dan jalur untuk segala jenis hewan yang bergerak melalui kanopi hutan. Selain itu ada banyak jenis jamur dengan berbagai bentuk yang unik dan cantik.
Lanskap Batangtoru adalah salah satu areal yang sangat penting bagi perlindungan dan pelestarian sistem penyangga kehidupan dan pengawetan plasma nutfah, baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Sebagian besar Lanskap Batangtoru merupakan kawasan hutan (63%) yakni berupa Cagar Alam (15.331 Ha), Hutan Lindung (128.384 Ha), Hutan Produksi (10.755 Ha), dan Hutan Produksi Terbatas (2.533 Ha).
Hal ini menjadikan Lanskap Batangtoru salah satu etalase serta benteng terakhir perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati tropika dunia. Lanskap ini memiliki keanekaragaman ekosistem yang relatif tinggi mulai dari ekosistem dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan. Hasil studi dari berbagai lembaga nasional dan internasional mengungkapkan bahwa Lanskap Batangtoru adalah salah satu kantong satwa liar terbesar di Pulau Sumatera. Satwa Liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, penelitian, pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata.
Hutan Batangtoru juga menyediakan manfaat ekonomi bagi penduduk setempat. Terdapat banyak pohon kemenyan (Styrax benzoin Dryand), kayu manis (Cinnamomum verum), durian (durio), aren (Arenga pinnata), rotan (calamus rotang) yang dimanfaatkan oleh penduduk dan menjadi komoditas di tiga kabupaten. Khusus durian dan kemenyan, PT Agincourt Resources selalu membuka pintu bagi masyarakat yang membutuhkan bibit kedua jenis pohon tersebut. Divisi Enviro PTAR secara berkala membagikan bibit pohon untuk ditanam di luar area tambang dan dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat yang bersedia menanam dan memelihara pohon tersebut. Dari semua jenis bibit yang dibagikan, memang bibit kemenyan dan durian yang menjadi primadona masyarakat untuk ditanam karena memberikan nilai ekonomis yang signifikan.
Fitri Rahmadani, staf di departemen lingkungan PTAR menjelaskan bahwa ribuan bibit pohon berbagai jenis telah diberikan kepada penduduk sejak tahun 2012. “Untuk area tambang yang kami tanami kembali, kami menanam jenis pohon yang dapat tumbuh dengan cepat seperti sengon dan trembesi untuk mendapatkan faktor peneduh. Beberapa tanaman tidak dapat tumbuh baik di area terbuka, karena itu kami menanam pohon perintis yang bisa mengikat nitrogen dan membuat tanah menjadi subur.” Fitri menjelaskan.
“Kami tidak hanya menyemai bibit pohon yang banyak terdapat di alam, kami juga menyemai dan merawat dengan perlakuan yang khusus untuk beberapa jenis spesies langka yang kami temui saat kami berjalan ke dalam hutan.” ungkap Fitri.
Manajer Senior Komunikasi Korporat PTAR, Katarina Siburian Hardono, menyatakan bahwa dukungan terhadap pengelolaan lingkungan di luar wilayah kerja PTAR merupakan sebuah komitmen untuk menerapkan praktik pengelolaan lingkungan berkelanjutan selain di lingkungan internal operasional Tambang Emas Martabe. Kegiatan pengelolaan lingkungan berkelanjutan di dalam area tambang salah satunya melalui program rehabilitasi.
Peran Hutan Batangtoru Dari Berbagai Aspek
Selain signifikansi ekologisnya, Hutan Batangtoru memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Hutan bertindak sebagai penyerap karbon alami, menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar dari atmosfer. Vegetasi yang lebat dan pepohonan yang menjulang tinggi membantu menangkap dan menyimpan karbon, memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, melestarikan Hutan Batangtoru sangat penting dalam perang melawan perubahan iklim.
Hutan Batangtoru bertindak sebagai pelindung dan penyedia untuk daerah aliran sungai alami, yang memasok air bersih ke masyarakat sekitar. Ekosistem hutan yang utuh memastikan kualitas dan kuantitas pasokan air, yang bermanfaat bagi manusia dan satwa liar. Melindungi sumber daya vital ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan menopang kehidupan di wilayah tersebut. Ribuan hektar sawah, perikanan dan peternakan, perkebunan dan industri sangat bergantung kepada pasokan air dari sungai Batangtoru sehingga bisa disimpulkan bahwa tanggung jawab memelihara kelestarian ekosistem Batangtoru menjadi tanggung jawab semua pihak.
Kesimpulannya, Hutan Batangtoru adalah keajaiban alam yang menawarkan sekilas keindahan hutan belantara Indonesia yang luar biasa. Dari flora dan faunanya yang unik hingga bentang alamnya yang menakjubkan, hutan ini adalah harta karun yang menunggu untuk dijelajahi. Dengan merangkul ekowisata dan upaya konservasi, kami dapat memastikan bahwa generasi mendatang akan memiliki kesempatan untuk mengalami dan menghargai keajaiban alam Hutan Batangtoru.
Praktik Berkelanjutan dan Upaya Konservasi
Proyek reboisasi telah dilakukan untuk memulihkan kawasan hutan yang terkena deforestasi. Komunitas lokal dan sukarelawan bekerja sama untuk menanam spesies pohon asli, membantu menciptakan ekosistem yang lebih tangguh dan beraneka ragam. Upaya reboisasi ini tidak hanya berkontribusi pada konservasi hutan tetapi juga memberikan peluang mata pencaharian bagi masyarakat setempat.
Program pendidikan merupakan aspek penting lainnya dari upaya konservasi di Hutan Batangtoru. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pengunjung tentang pentingnya ekologis hutan dan perlunya perlindungannya. Melalui lokakarya interaktif, diskusi terpandu, dan kegiatan langsung, pengunjung mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan yang dihadapi hutan dan peran yang dapat mereka mainkan dalam pelestariannya.
Dengan mempromosikan praktik berkelanjutan dan menerapkan inisiatif konservasi, ekowisata di Hutan Batangtoru tidak hanya melindungi keindahan alam kawasan tersebut tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat setempat. Pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan ekowisata diinvestasikan kembali ke dalam proyek pengembangan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, memastikan hubungan yang saling menguntungkan antara pariwisata dan penduduk setempat.
Baca Juga: Pengelolaan Sisa Hasil Olahan Sebagai Tanggung jawab kepada Alam dan Masyarakat
Sebagai tanggungjawab sosial, PT Agincourt Resources sepenuhnya sadar bahwa kelestarian alam adalah bagian dari pekerjaan, terintegrasi dan bukan sebuah hal yang terpisah. PT Agincourt Resources (PTAR) bahkan memiliki sebuah departemen khusus untuk mengelola lingkungan bersama masyarakat. Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh ekosistem Batangtoru dipandang oleh PT Agincourt Resources sebagai sebuah warisan yang harus dijaga dan diteruskan kepada generasi selanjutnya.