Agincourt Resources menarik perhatian dunia internasional dengan presentasinya pada The 9th Asian Primate Symposium (APS) yang diselenggarakan di Gedung Digital Learning Center Universitas Sumatera Utara (USU), pada 25 November 2024. Dalam simposium ini, Agincourt Resources yang diwakili Superintendent Environmental Site Support Syaiful Anwar memaparkan keberhasilannya dalam upaya konservasi primata melalui pemasangan jembatan arboreal di area Tambang Emas Martabe.
Pemasangan jembatan arboreal merupakan salah satu upaya inovatif Agincourt Resources untuk memfasilitasi pergerakan primata di antara habitat yang terfragmentasi akibat aktivitas pertambangan. “Sebanyak 13 jembatan arboreal telah dipasang di berbagai titik di Tambang Emas Martabe,” ujarnya.
Hasil pemantauan menggunakan kamera jebak menunjukkan bahwa setidaknya enam spesies primata,yaitu: Huliap/Cek Cek (Presbytis sumatrana), Beruk (Macaca nemestrina), Monyek Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus), Musang Akar (Arctogalidia trivirgata), dan Jelarang Hitam (Ratufa bicolor) telah memanfaatkan jembatan ini. Temuan ini membuktikan bahwa jembatan arboreal efektif dalam memitigasi dampak fragmentasi habitat dan mendukung kelangsungan hidup primata.
Baca Juga: Agincourt Resources Belajar dari Ahli untuk Menguak Rahasia Pengelolaan Primata
Agincourt Resources telah melakukan penelitian yang mendalam terhadap perilaku Huliap/Cek Cek (Presbytis sumatrana) di area Tambang Emas Martabe. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pemanfaatan ruang vertikal dan horizontal oleh spesies endemik Sumatera ini serta perilaku mereka dalam ekosistem yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Huliap/Cek Cek lebih sering menggunakan kanopi hutan pada ketinggian 11-15 meter di area New Magazine, sementara di area Barani, mereka lebih sering berada pada ketinggian 5-10 meter. Selain itu, Huliap/Cek Cek memiliki wilayah jelajah harian rata-rata sekitar 0,56 km di New Magazine dan 0,30 km di Barani. Total luas wilayah jelajah selama penelitian di New Magazine mencapai 17,7 hektar, sementara di Barani mencapai 14,9 hektar.
Penelitian ini juga mengidenti_kasi aktivitas harian Huliap/Cek Cek, yang didominasi oleh kegiatan beristirahat, berpindah tempat, dan makan. Selain itu, spesies tumbuhan yang menjadi sumber makanan utama bagi lutung Sumatera ini juga teridenti_kasi. Di area New Magazine, Huliap/Cek Cek mengkonsumsi pakan dari 20 spesies flora, sedangkan di area Barani, mereka mengkonsumsi pakan dari 21 spesies flora.
Baca Juga: Lindungi dan Lestarikan Primata dengan Mengembangkan Bibit dan Benih Pohon Lokal
Keberhasilan Agincourt Resources dalam konservasi primata tidak terlepas dari kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk para ahli primata dari Universitas Nasional dan Universiti Sains Malaysia. Kolaborasi ini menghasilkan data ilmiah yang sangat berharga untuk mendukung upaya konservasi primata di Sumatra.
“Melalui berbagai inisiatif konservasi, Agincourt Resources berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan operasional pertambangan dengan pelestarian keanekaragaman hayati. Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi upaya konservasi primata di daerah lain,” tambah Syaiful.
Simposium ini merupakan ajang berkumpulnya para peneliti, pegiat konservasi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara di Asia untuk membahas isu-isu terkini terkait konservasi primata, khususnya orangutan. Dengan mengusung tema “Living in Harmony with Primates”, simposium ini bertujuan mendorong kolaborasi dan mencari solusi nyata untuk pelestarian primata dan habitatnya.
Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai proses penambangan dan pengolahan emas yang dilakukan PT. Agincourt Resource, Anda dapat klik di sini.