Ketimpangan jumlah antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan di dunia pertambangan menjadi tantangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus tahun 2021, di Indonesia, jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan hanya 115 ribu orang, sedangkan laki-laki berjumlah 1,28 juta orang. Jumlah pekerja perempuan ini bahkan terus menyusut. Survei Angkatan Kerja Nasional per Agustus 2021 menyebutkan, selama 3 tahun terakhir, proporsi pekerjaan perempuan di industri tambang Indonesia hanya berada pada kurang dari 10 % jumlah keseluruhan tenaga kerja di sektor tersebut.
Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi perempuan, seperti ketimpangan gender di sektor pertambangan ini, bukanlah tanggung jawab individu. Kontribusi berbagai pihak diperlukan untuk mewujudkan kesetaraan gender di sektor tersebut.
PT Agincourt Resources (PTAR), selaku pengelola Tambang Emas Martabe, merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang berinisiatif untuk membuat perubahan. PTAR menyatakan telah menerapkan kesetaraan gender pada seluruh aspek operasional perusahaan sejak tahun 2016 melalui kebijakan-kebijakan yang menjunjung tinggi prinsip kesetaraan tanpa membedakan laki-laki atau perempuan, yang terpenting adalah kapasitas, pengalaman, serta kemampuan dalam menjawab tantangan perusahaan. Terlepas dari itu, semua pekerja akan mendapatkan perlakuan yang sama. Seluruh pekerja diberikan peluang yang setara untuk megembangkan kompetensi profesional mereka, sesuai dengan passion masing-masing tanpa membedakan gender.
Kebijakan-kebijakan ini disertai juga dengan upaya membangun budaya dan lingkungan kerja yang mempromosikan martabat dan rasa hormat serta tempat kerja yang bebas dari diskriminasi, intimidasi, penindasan atau pelecehan, dan kekerasan baik fisik maupun nonfisik. Hak-hak pekerja perempuan, baik cuti hamil, laktasi, biaya persalinan, dan asuransi pun diberikan secara maksimal. Bahkan, PTAR juga menyediakan program pelatihan dan penyadaran bagi tenaga kerja untuk meningkatkan pemahaman atas isu keberagaman dan kesetaraan gender yang dilakukan secara rutin sepanjang tahun.
Saat ini, 25% dari total 3.000 lebih karyawan PTAR adalah perempuan. Di sektor ekstraktif, PTAR menjadi satu-satunya perusahaan tambang emas di Indonesia yang memiliki komposisi karyawan perempuan hingga 25%. Bahkan, banyak di antara karyawan perempuan PTAR tersebut yang menduduki posisi-posisi strategis, mulai dari supervisor hingga direktur.
Komitmen Tambang Emas Martabe terhadap penerapan keberagaman gender ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi para perempuan berbakat dan kompetitif untuk berkarya di perusahaan ini dan membuat perusahaan menjadi lebih baik.
Laki-laki dan perempuan memiliki sudut pandang dan ide-ide berbeda yang akan memperkaya wawasan perusahaan dan memungkinkan untuk menghasilkan pemecahan masalah yang lebih baik, sehingga mampu menguatkan fondasi bisnis perusahaan.
Salah satu karyawan perempuan PTAR, Latipa Henim Siregar mengapresiasi praktik keberagaman gender di Tambang Emas Martabe. “Selama saya bekerja, PTAR memberikan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki untuk mengembangkan diri. Saya pernah mendapat pelatihan teknikal dan hal lain, sama dengan rekan laki-laki. PTAR bahkan mendukung saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Master dan saya sudah menyelesaikannya,” tuturnya.
Latipa bersyukur bekerja di lingkungan Tambang Emas Martabe yang mengusung keberagaman gender. Sebab, lingkungan bekerja seperti itu tidak hanya membuka ruang partisipasi perempuan, melainkan juga mendorong perempuan untuk berani menggali potensi diri dan mengaktualisasikan dirinya sebagai perempuan berdaya. Selama 18 tahun bekerja hingga kini, Latipa sudah mengalami empat kali promosi jabatan hingga kini ia menduduki posisi Superintendent Grade Control Operations, Departemen Mine Geology.
“Keberagaman gender di PTAR tidak hanya bicara mengenai kuantitas perempuan, tetapi lebih menonjolkan kualitas dan kemampuan dalam memimpin, bekerja sama, berkarya, dan berpendapat. Banyak perempuan di PTAR menempati posisi penting dan berkontribusi positif terhadap perusahaan tanpa mengenyampingkan kaum laki-laki,” ujar Latipa.