Sekitar 17% tambang mineral dilakukan dengan teknik penggalian tambang bawah tanah. Teknik pertambangan ini lebih kompleks dan lebih mahal dibandingkan tambang terbuka. Namun, harus dilakukan jika mineral dan bijih berada terlalu jauh di bawah tanah sehingga tidak dapat ditambang secara efisien menggunakan prosedur tambang terbuka. Beberapa mineral yang perlu diekstraksi dengan teknik bawah tanah adalah timbal, batu bara, emas, tembaga, platinum, dan bijih besi.
Tambang bawah tanah melibatkan serangkaian langkah. Lima langkah utama adalah menemukan deposit mineral, ekskavasi, ekstraksi, penyortiran, dan pemrosesan.
Baca Juga: PT Agincourt Resources Memulai Kembali Pekerjaan Eksplorasi dan Pengembangan di Tambang Emas Martabe
Kali ini, kita akan membahas tentang metode ekskavasi yang dapat dilakukan pada tambang bawah tanah, tergantung mineral yang ditambang dan sifat endapannya.
- Blast mining – lubang yang dibor diisi dengan bahan peledak untuk menyingkirkan, melonggarkan, dan membuka area tambang. Setiap lubang dibor dengan bor genggam atau mesin bor.
- Room and pillar mining – menggunakan konstruksi pilar untuk menopang beban langit-langit sementara tim membersihkan batu di sekitar pilar.
- Retreat mining – menyingkirkan pilar yang dikonstruksi pada room and pillar mining. Saat pilar-pilar tersebut disingkirkan, tambang akan runtuh dengan sendirinya. Hal ini bisa sangat berbahaya jika tidak dilakukan dengan benar.
- Block caving – membutuhkan waktu yang lebih lama. Block caving dilakukan dengan cara meledakkan bagian bawah batuan yang menyebabkan langit-langit pecah dan runtuh.
- Cut and fill – bijih diekskavasi dengan membuat potongan horizontal. Setelah ekskavasi selesai, lapisan tersebut ditimbun kembali dan beralih ke lapisan horizontal berikutnya.
- Drift dan fill – digunakan ketika badan bijih lebih lebar dari drift. Operasi drift masuk secara horizontal melalui sisi gunung atau bukit dan bijih ditambang di setiap sisinya sebelum menimbun kembali lubang dan menggali lubang berikutnya.
- Longwall mining – umumnya digunakan dalam pertambangan batu bara dan menggunakan alat pencukur yang dipasang pada jalur sepanjang satu kilometer untuk menggiling batu bara dari permukaan tambang.
- Shrinkage stope mining – metode ini sangat produktif untuk menambang badan bijih yang curam dan seragam yang disebut lombong atau terowongan galian yang berisi bijih yang sedang ditambang. Stope primer dan sekunder diledakkan di seluruh badan bijih, di mana lombong primer digali dan ditimbun kembali sebelum mengekstraksi bijih dari lombong sekunder.
- Caving sublevel – digunakan pada badan bijih dengan kemiringan yang curam. Bijih diekstraksi dari footwall, batuan yang ditemukan di bawah bijih, untuk mencegah patahan-patahan. Badan bijih diledakkan dari atas ke bawah, sehingga batu yang menggantung runtuh ke dalam.
Meskipun secara teknis lebih menantang, tambang bawah tanah tidak mempunyai dampak lingkungan sebesar tambang terbuka.
Baca Juga: Aktivitas Tambang Bawah Tanah yang Perlu Anda Ketahui
maksimalkan efisiensi. Hal ini akan menghemat pekerjaan dan biaya yang tidak perlu serta membantu perencana tambang memilih teknik pertambangan yang optimal. Selain itu, perencanaan tambang yang efisien akan membantu mencegah tambang runtuh dan bencana lain yang dapat membahayakan nyawa pekerja tambang serta merusak area tersebut. Secara keseluruhan, pertambangan bawah tanah memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil terhadap lahan di sekitarnya, karena metode ini hanya menimbulkan sedikit gangguan terhadap habitat satwa liar, bentang alam, dan hutan di sekitar tambang.
Baca Juga: Ketahui 6 Hasil Pertambangan di Bawah Laut
Namun, penambang bawah tanah sering kali mempunyai risiko yang lebih tinggi karena gempa bumi, kebakaran, dan permasalahan lainnya yang dapat membahayakan integritas struktural dan keselamatan tambang.