Pengelolaan Sisa Hasil Olahan Sebagai Tanggung jawab kepada Alam dan Masyarakat 

Nov 20, 2023

Indonesia adalah negara yang dianugerahi kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan alam itu banyak terdapat di permukaan dan mudah terlihat oleh mata seperti flora dan fauna, air dan juga matahari yang bersinar sepanjang tahun. Kekayaan yang terdapat di bawah permukaan seperti minyak, gas, panas bumi, mineral dan logam harus digali dan dikelola dengan teknologi yang tepat, baik dan bertanggungjawab.  

Indonesia masuk 10 besar negara penghasil emas di dunia dengan produksi sebanyak 66 ton pada tahun 2021. Berdasarkan data Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia menyimpan cadangan emas sebanyak 2.600 metrik ton dan menempatkannya pada posisi keenam di dunia sebagai negara dengan cadangan emas terbesar. Lima negara di atas Indonesia adalah Australia, Russia, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Peru. 

Puncak produksi emas Indonesia terjadi pada tahun 2018, yakni sebanyak 135,29 ton. Sejak itu produksi emas Indonesia menurun hingga tahun 2022 mencapai 70 ton atau 4% dari total produksi emas dunia.  

Baca Juga: Penghargaan Perak untuk Inovasi Eco-Hazard pada Eco-tech Pioneer Sustainability Awards (EPSA) 2023 Pengolahan Pemurnian Minyak Limbah Melalui Ruang Vakum sebagai Basis Emulsi untuk Fase Peledakan

Tambang Emas Martabe di kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yang dimiliki dan dikelola oleh PT Agincourt Resources, cucu perusahaan Astra International, grup perusahaan sangat mengedepankan konsep SDG’s. Astra International telah meluncurkan Astra 2030 Sustainability Aspirations, sebuah peta jalan menuju perusahaan yang berkelanjutan. 

Teknologi untuk Keberlanjutan 

Tambang Emas Martabe yang dikelola oleh PT Agincourt Resources (PTAR) memiliki jumlah cadangan emas sebesar 135 ton per akhir tahun 2020. Martabe sendiri telah mulai beroperasi sejak tahun 2012, dan memiliki luas area konsesi berdasarkan Kontrak Karya generasi keenam sekitar 130 ribu hektar. Cadangan emas Martabe memiliki tingkat endapan sulfidasi tinggi, dengan proses pengolahan menggunakan metode Carbon-in-Leach (CIL), di mana metode ini sedikit lebih mahal daripada metode Heap Leach, namun memiliki tingkat recovery lebih tinggi dalam prosesnya. Dengan tingkat kapasitas pabrik pengolahan yang dimiliki mencapai 6 juta ton bijih per tahun, tambang emas ini mampu memproduksi hingga 10 ton emas per tahun, serta memiliki sisa umur tambang (life of mine/LOM) selama 14 tahun. 

Baca Juga: Cara Mengelola Limbah Tambang Yang Baik Untuk Lingkungan

Sebagai perusahaan yang menganut konsep good mining practice, PTAR memilih metode yang lebih mahal karena lebih efisien dalam proses ekstraksi emas dan juga lebih ramah lingkungan. Good mining practice adalah suatu kegiatan pertambangan yang sangat taat pada aturan, memiliki perencanaan yang baik sebelum masa eksplorasi dimulai, menerapkan teknologi yang sesuai yang berlandaskan pada efektivitas dan efisiensi, melaksanakan konservasi bahan galian, mengendalikan dan memelihara fungsi lingkungan, menjamin keselamatan kerja, mengakomodir keinginan dan partisipasi masyarakat, menghasilkan nilai tambah, serta menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Penambangan mineral, dalam hal ini emas, menuntut sebuah proses eksplorasi, ekstraksi dan penanganan sisa hasil tambang dengan sangat baik dan bertanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan.  

pengelolaan-sisa-hasil-olahan-sebagai-tanggung-jawab-kepada-alam-dan-masyarakat-konten

Tambang Emas Martabe menggunakan sianida untuk memisahkan emas. Dalam kadar yang berlebih, sianida lebih mudah terurai di alam ketimbang merkuri.

Meski penggunaan sianida membutuhkan dana yang lebih mahal, teknologi dan penanganan yang lebih maju, PTAR yang memegang teguh prinsip good mining practice memilih metode sianida ketimbang merkuri karena lebih efisien dan ramah lingkungan. Tidak hanya ramah lingkungan, teknologi ekstraksi emas menggunakan sianida mampu memberikan hasil emas yang lebih banyak dari pada merkuri. Proses ekstraksi emas menggunakan merkuri hanya mencapai 40%, sedangkan sianida bisa mencapai hingga 91%, sehingga emas yang dihasilkan lebih banyak. 

Teknologi sianidasi menggunakan mesin yang berguna untuk pengecilan butiran batu yang mengandung emas. Dalam prosesnya, batu yang mengandung emas dimasukkan ke dalam mesin penggiling dan kemudian dipindahkan ke mesin yang berbentuk tabung lalu dicampur dengan menggunakan air dan sianida. Dari proses tersebut akan dihasilkan emas yang kemudian dikeluarkan pada tempat khusus berisi karbon aktif dengan tujuan agar emas bisa terserap dengan baik.  Kemudian karbon tersebut akan dibakar hingga menyisakan emas berkadar 91%.  

Mengutip hasil penelitian mahasiswa IPB; Nuril Hidayati, Titi Juhaeti dan Fauzia Syarif, sianida adalah senyawa yang sering terdapat dan tidak asing lagi dalam berbagai limbah industri. Sianida di alam bebas sering muncul sebagai sianida bebas tetapi biasanya bereaksi membentuk kompleks sianida logam. Sianida sangat stabil di bawah permukaan atau tanpa cahaya, tetapi dapat mengalami fotolisis atau terurai dengan cepat di permukaan air atau permukaan tanah yang terpapar cahaya matahari dan melepaskan sianida bebas yang tidak berbahaya. [1] 

Baca Juga: 5 Tahapan Pengelolaan Air Sisa Limbah Tambang Ramah Lingkungan

Beberapa kasus menunjukkan bahwa sangat mungkin menggunakan tanaman untuk remediasi sianida di lingkungan perairan dan menyaring spesies tanaman yang sesuai dengan kondisi lokal. Fitoremediasi kontaminasi sianida dipelajari dengan menggunakan tanaman sianogenik yang mensintesis glikosida sianogenik, senyawa yang mudah terurai menjadi sianida ketika jaringan tanaman terluka. Karena sianida adalah komponen alami dari tanaman ini, mereka telah meningkatkan kapasitas untuk mendegradasi sianida. Penelitian fitoremediasi menggunakan Urtica dioica (jelatang) dan Sinapis arvensis (sejenis sawi liar) pada cekungan terkontaminasi dengan memanen bagian atas setelah dua periode vegetatif menghilangkan kontaminan (penelitian oleh Gerth tahun 2000). [2] 

Fitoremediasi sendiri adalah proses detoksifikasi lingkungan menggunakan tanaman hijau yang mampu menghilangkan, menyerap, atau mengubah berbagai kontaminan yang berbahaya bagi lingkungan. Standar baku keamanan terhadap lingkungan diterapkan juga pada air sisa produksi. Dengan demikian, metode sianida didukung dengan teknologi waste & water management yang lebih maju, penanganan sisa hasil olahan baik berupa air maupun tanah dan batuan di area tambang PTAR menjadi lebih ramah lingkungan. 

Pertambangan yang Bertanggungjawab

PTAR menyadari betul bahwa kegiatan pertambangan secara tidak langsung memberi dampak pada lingkungan. Atas dasar pemikiran itulah, PTAR memandang pentingnya penanganan sisa hasil olahan dan kepedulian terhadap lingkungan di luar area tambang untuk mewujudkan keberlanjutan dalam rangka memenuhi SDG seperti yang dicanangkan oleh pemerintah dan induk perusahaan. Oleh karena itu, PTAR bekerja secara rutin untuk mencegah dan memantau pencemaran limbah terhadap lingkungan. Pada tahun 2021, Perseroan mengalokasikan hingga USD 370.595 untuk pengelolaan limbah. 

PTAR memiliki fasilitas yang modern dan mumpuni karena dilengkapi dengan teknologi terkini untuk mengelola bahan limbah. Pengelolaan bahan limbah di bendungan Tailings Storage Facility (TSF) terutama berkaitan dengan dua aspek, yaitu air asam tambang dan bahan limbah berupa tanah dan batu (barren rock)

Jumlah sisa hasil olahan (barren rock) yang terkumpul pada tahun 2021 sebesar 1.910.819 ton, berupa tanah dan batu yang mengandung mineral sulfida dan dapat melepaskan asam ke atmosfer bila terpapar udara. Gabungan antara bahan limbah dan tempat pembuangan dapat menimbulkan beberapa risiko, salah satunya adalah bahan batuan penghasil asam yang dapat menghasilkan asam ke dalam air atau ke dalam bendungan yang dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan rekayasa teknik atau dipelihara dengan buruk sehingga limbah tersebut menyebabkan luapan racun atau kegagalan struktur tanah di sekitar bendungan.  

Bila sisa hasil olahan itu tidak dikelola dan dibiarkan maka akan menimbulkan air lindi yang bersifat asam dan mengandung larutan logam setelah terpapar air hujan, air lindi itu juga dikenal sebagai Acid Mine Drainage (AMD). Air lindi adalah cairan beracun hasil ekstraksi bahan terlarut dengan kandungan polutan tinggi, yang dihasilkan dari pemaparan air hujan.  

Baca Juga: Jaga Lingkungan Sungai Batangtoru Agincourt Resources Terus Pertahankan Baku Mutu Air Sisa Proses

Sebulan sekali Tim Geologi PTAR melakukan proses sampling dengan mengambil sampel untuk memantau kualitas sehingga perencanaan penanganan sisa hasil olahan konsisten dengan apa yang terjadi di lapangan. Bendungan TSF di area tambang Martabe bukan sekadar bendungan, tetapi bendungan yang dibangun dengan teknologi Engineering Fill atau rekayasa lapis, yaitu teknik pemadatan lapis demi lapis dengan alat vibro compactor.  

Semua aspek pada bendungan diuji untuk memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan seperti kepadatan penggantian air, distribusi ukuran partikel, penetrasi kerucut Belanda hingga Atterberg limit. Atterberg limit adalah indeks konsistensi atau batasan kadar air yaitu batas susut (Shrinkage Limit), batas plastis (Plastic Limit) dan batas cair (Liquid Limit). Batas Plastis (PL) adalah kadar air terendah di mana tanah mulai bersifat plastis. Uji penetrasi kerucut Belanda atau Dutch Cone test adalah metode yang digunakan untuk menentukan sifat rekayasa geoteknik tanah dan menggambarkan stratigrafi tanah. 

Perusahaan yang merekrut 70% karyawannya dari penduduk lokal ini menorehkan rekam jejak yang memuaskan sejak tahun 2013 dalam hal pengelolaan lingkungan. Tambang Emas Martabe meraih penghargaan Utama (perak) untuk kategori pemegang Kontrak Karya di bidang Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2013. Dan setelah itu berturut-turut meraih penghargaan peringkat Biru PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2014-2015 hingga 2016 untuk kategori pengelolaan lingkungan. Penghargaan utama (perak) juga diperoleh dari Dirjen Minerba Kementerian ESDM dalam kategori Pengelolaan Keselamatan dan Lingkungan berurutan, sejak tahun 2013, hingga tahun 2017. Selain itu, PTAR memperoleh penghargaan Terbaik pada ajang Indonesia Sustainable Business Award 2019 atau Penghargaan Bisnis yang Berkelanjutan di Indonesia yang digagas Global Initiatives dan PwC Singapura dan Indonesia di Jakarta pada 21 Februari 2020. Penghargaan Terbaik untuk kategori Land Use & Biodiversity ini diperoleh atas keberhasilan PTAR yang dinilai berkomitmen dalam rehabilitasi dan pemulihan ekosistem hutan. 

Perusahaan yang bernaung di bawah PT Astra Internasional ini tidak pernah absen meraih penghargaan di berbagai bidang sejak tahun 2013, di antaranya peringkat Platinum pada ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2019, satu Penghargaan Utama (perak) untuk kategori Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Mineral (untuk Pemegang Izin Kontrak Karya), serta dua penghargaan Pratama (Perunggu) untuk kategori Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral & Pengelolaan Standardisasi dan Usaha Jasa Pertambangan pada tahun 2020 yang diselenggarakan Ditjen Minerba KESDM, penghargaan dari PWI pada tahun 2019 dan Subroto Award pada tahun 2019 yang diserahkan langsung oleh menteri ESDM waktu itu, Ignasius Jonan. 

Pengamanan Batu Buangan  

Pembangunan tanggul TSF di Tambang Emas Martabe menggunakan batu buangan (barren rock) sisa dari kegiatan penambangan. Strategi pembangunan ini yang membedakan PTAR dari perusahaan tambang lainnya. PTAR tidak perlu menempatkan batu buangan di tempat penimbunan batu buangan terpisah. Seperti kebanyakan tambang mineral logam lainnya, beberapa jenis batu buangan di site mengandung mineral sulfide. Mineral sulfide tersebut bila terpapar dengan udara akan melepaskan asam ke atmosfer dan menyebabkan air lindi asam yang mengandung logam keluar dari sisa hasil olahan saat terjadi hujan. Proses ini bisa dianalogikan seperti air yang mengalir di sela-sela teh celup dan menghasilkan larutan teh. 

PTAR tidak sekedar mengelola sampah sisa olahan tambang emas, tetapi juga memastikan dengan menguji bahwa sisa olahan tersebut aman untuk alam dan manusia. Sejumlah material barren rock yang telah dinetralisir dan diuji secara geokimia pada deposit buangan di Pit Rimba Joring menunjukkan hasil yang memuaskan dan bisa digunakan sebagai media pertumbuhan untuk tanaman perintis.  

Baca Juga: PT Agincourt Resources Sabet Juara Pertama di ASEAN Mineral Awards 2023

Tim di lapangan mengumpulkan data dan membuat laporan terkait pengelolaan Acid Mine Drainage (AMD), dan laporan tersebut meningkat secara signifikan beberapa bulan terakhir. Laporan ini dirangkum dari informasi yang diberikan oleh Departemen Geologi Tambang, Departemen TSF, Departemen Perencanaan Tambang, dan Departemen Lingkungan Hidup (Enviro). Hal ini cukup menggembirakan karena menunjukkan pelaksanaan program penilaian kualitas dan kontrol kualitas (QA/QC) pengelolaan AMD di seluruh pit untuk pemodelan batu buangan dan penjadwalan terhadap hasil klasifikasi in-pit-waste dilakukan sesuai dengan jadwal. Selain itu laporan dari pengawasan limbah menunjukkan tingkat oksigen yang sangat rendah dalam batuan buatan yang tertutup melalui alat pemantauan di tanggul tanpa adanya bukti oksidasi di kedalaman. Laporan ini menunjukkan bahwa strategi penutupan berfungsi dengan baik seperti yang diinginkan dan berhasil mengendalikan AMD. 

Tanah dan batuan yang telah netral dan aman untuk alam selanjutnya ditanami dengan bibit sebagai bagian dari rehabilitasi akhir di bagian kaki tanggul TSF dengan menggunakan tanaman penutup yang cepat tumbuh sebagai media pertumbuhan dan revegetasi. Risiko AMD di Tambang Emas Martabe telah dikelola dengan baik melalui penutupan semua material yang berpotensi membentuk asam di tanggul TSF melalui rekayasa lapisan batuan yang dipadatkan dan lempung. Hasil ini mampu meminimalkan masuknya oksigen dan menjaga tingkat oksidasi sulfida tetap berada di angka yang rendah. Pengelolaan AMD di Tambang Emas Martabe mencerminkan praktik industri terkini dan telah diakui melalui publikasi tiga makalah di konferensi tambang tingkat internasional. 

BACA SELENGKAPNYA

Posting Terkait