Hari Bumi, dirayakan setiap tahun pada 22 April sejak 1970, dan secara luas diakui sebagai peringatan sekuler terbesar di dunia, yang ditandai oleh lebih dari satu miliar orang setiap tahun sebagai hari aksi untuk mengubah perilaku manusia dan menciptakan perubahan kebijakan global, nasional, dan lokal.
Seiring meningkatnya kesadaran manusia akan krisis iklim, begitu pula mobilisasi masyarakat sipil yang mencapai puncaknya di seluruh dunia saat ini, perjuangan untuk lingkungan yang bersih terus berlanjut dengan urgensi yang semakin meningkat. Sekarang, warga dunia bangkit untuk menuntut tindakan yang jauh lebih besar demi planet kita dan warganya.
Emisi gas rumah kaca (GRK) adalah salah satu penyebab utama meningkatnya pemanasan global, dan industri logam dan pertambangan menyumbang sekitar 4% hingga 7% dari emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Sejumlah besar gas rumah kaca dipancarkan oleh penggunaan bahan bakar, konsumsi listrik di site, dan sumber lain termasuk CO2, metana, dan NOx. Bisa dikatakan, lebih dari industri lainnya, pekerja pertambangan menghadapi tekanan luar biasa dari pemerintah, investor, dan masyarakat untuk mengurangi emisi. Tantangan bagi industri pertambangan adalah untuk menentukan bagaimana menyediakan mineral yang dibutuhkan dunia untuk kemakmuran, sembari menjadikan operasi mereka sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca Juga: Agincourt Resources Beri Pelatihan Konservasi Air dan Energi untuk 7 Sekolah Adiwiyata Binaan
Tren saat ini menunjukkan bahwa gerakan menuju energi terbarukan sedang meningkat. Para pemimpin industri pertambangan tidak boleh menunda keikutsertaan dalam gerakan ini, atau mereka akan mendapati diri mereka menghabiskan biaya yang lebih tinggi lagi untuk mengejar ketertinggalan dengan para pesaing.
Berikut adalah bagaimana teknologi energi terbarukan dapat mengubah industri pertambangan menjadi lebih baik:
- Operasi penambangan lebih murah
- Lebih banyak kesempatan kerja
- Menurunkan emisi gas rumah kaca
- Dukungan pembangunan berkelanjutan
- Efisiensi energi di lokasi tambang
Penggunaan energi terbarukan yang paling umum di industri pertambangan meliputi:
- Energi surya mengurangi dampak lingkungan
Energi surya menggunakan radiasi matahari untuk menciptakan tenaga surya terkonsentrasi (CSP) atau tenaga fotovoltaik (PV), yang merupakan salah satu sumber daya yang paling berkelanjutan. Selain biayanya yang rendah, energi matahari tidak berkontribusi terhadap risiko lingkungan yang terkait dengan tenaga nuklir, polusi air, nitrogen oksida, dan limbah berbahaya lainnya.
- Energi angin menggerakkan jaringan
Salah satu cara paling populer untuk menghasilkan listrik adalah menggunakan energi angin yang mengubah energi kinetik menjadi sumber tenaga mekanik. Energi yang dihasilkan kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengirimkan daya melintasi jaringan untuk beberapa jenis operasi penambangan.
- Konservasi air menggunakan teknologi mutakhir
Air merupakan sumber daya penting untuk pertambangan. Ekstraksi bahan bakar dari lokasi tambang menghasilkan air limbah beracun. Namun, pemrosesan ulang limbah dengan lebih banyak teknologi pengolahan air membantu meminimalkan jumlah racun sehingga lebih baik bagi lingkungan.
- Energi terbarukan menyediakan daya terhadap mesin dan site tambang
Teknologi energi hijau memungkinkan kita menciptakan cara yang lebih efektif untuk menghasilkan listrik yang digunakan di tambang. Penggunaan energi terbarukan mendorong kita untuk melakukan inovasi-inovasi seperti:
- Kendaraan elektrik
- Pembangkit listrik hibrida
- Microgrid dan Kecerdasan Buatan (AI)
- Pencetakan 3D
- Turbin angin tanpa pisau
- Penambangan hidrolik
Solusi energi terbarukan memungkinkan perusahaan beroperasi selaras dengan alam. Seiring dengan semakin berkembangnya sumber daya yang lebih ramah lingkungan, industri pertambangan kini dapat menjalankan kebijakan yang lebih cerdas, berinvestasi dalam solusi yang lebih bersih, dan mendukung penelitian lebih lanjut untuk mencapai tujuan-tujuannya.